Warisan Budaya Pantun dalam Manuskrip Surat Incung

Main Article Content

Hafiful Hadi Sunliensyar

Abstract

Pantun is one of the ancient poetry that is the cultural heritage of the society in the archipelago. At first, the Pantun tradition is an oral tradition that functioned for various purposes. However, Pantuns are also transformed into written form after. The text entity of the Pantun is inserted in various Hikayat Melayu and in local literary manuscripts, such as the Ulu manuscript and the Incung Kerinci manuscript. This study aims to identify Pantuns in the Incung manuscripts that have been translated. The result of this research shows that 14 Incung manuscripts containing the texts of Pantun. Its texts are categorized as “pantun biasa” dan “talibun” with distinctive characteristics. Its specific character is the existence of an interjection or a sentence containing interjection between the “sampiran” and “isi”. The availability of pantuns is only found in the Incung manuscript containing the prose of lamentations. The function of pantuns is as a "sweetener" element and adds poetic value in the Incung prose. the content of pantun always has a correlation with the mood expressed by the manuscript writer.


--


Pantun merupakan salah satu karya sastra lama yang menjadi warisan budaya masyarakat di Kepulauan Nusantara. Tradisi pantun pada dasarnya adalah tradisi lisan yang difungsikan untuk berbagai tujuan. Namun demikian, pantun juga ditransformasikan dalam bentuk tulisan. Wujud teks pantun disisipkan dalam berbagai hikayat Melayu dan di dalam manuskrip kesusastraan lokal seperti dalam manuskrip Ulu dan manuskrip Incung Kerinci. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi teks-teks pantun dalam manuskrip Incung yang telah dialihaksarakan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 14 manuskrip Incung yang memuat teks pantun. Teks pantun tersebut adalah pantun biasa dan talibun dengan karakteristik yang khas. Kekhasan tersebut adalah adanya interjeksi atau kalimat mengandung interjeksi di antara sampiran dan isi. Keberadaan pantun hanya terdapat pada manuskrip Incung yang berisi prosa ratap-tangis. Fungsi pantun adalah sebagai unsur “pemanis” dan penguat nilai puitis dalam sastra Incung. Isinya selalu berelasi dengan suasana hati yang diungkapkan oleh penulis manuskrip.

Article Details

How to Cite
SUNLIENSYAR, Hafiful Hadi. Warisan Budaya Pantun dalam Manuskrip Surat Incung. Manuskripta, [S.l.], v. 12, n. 2, p. 251-280, dec. 2022. ISSN 2355-7605. Available at: <http://journal.perpusnas.go.id/index.php/manuskripta/article/view/218>. Date accessed: 25 apr. 2024. doi: https://doi.org/10.33656/manuskripta.v12i2.218.
Section
Articles

References

Alimin. 2003. Sastra Incung Kerinci. Kerinci: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci.
Andhifani, Wahyu Rizki. 2012. “Naskah Kuna Pusaka Raja Sulah Desa Siulak Mukai Kerinci Jambi.” Siddhayatra 17(2): 62–68.
Anonim. 2020. “Pantun.” UNESCO. https://ich.unesco.org/en/RL/pantun-01613 (Mei 24, 2021).
———. “Bamboo Manuscript.” British Library. https://eap.bl.uk/archive-file/EAP117-63-1-15?_ga=2.215656151.1761366149.1622352896-509762568.1621937270 (Mei 25, 2021a).
———. “Pantun.” Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/pantun (Mei 24, 2021b).
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra I. Jakarta: PT. Gramedia.
Kozok, Uli. 2006. Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Salleh, Muhammad Haji. 2011. “Sailing the Archipelago in a boat of rhymes Pantun in the Malay world.” Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia 13(1): 78–104.
Sarwono, Sarwit, dan Ngudining Rahayu. 2014. Pusat Penulisan dan Para Penulis Manuskrip Ulu di Bengkulu. Bengkulu: UNIB Press.
Setyadiharja, Rendra. 2016. “Pantun: Transformasi dari Tradisi Lisan, Tradisi Tulisan Hingga Seni Pertunjukan (Studi Pada Pantun Melayu Di Provinsi Kepulauan Riau ).” In Pekan Sastra Wilayah Sumatra, Bengkulu.
Sung, Choi Min, dan Mat Zaid Hussein. 2020. “Fungsi Pantun Melayu Tradisional Dilihat dari Perspektif Budaya dan Alam Pemikiran Masyarakat Melayu.” Jurnal Puitika 16(1): 1–28.
http://jurnalpuitika.fib.unand.ac.id/index.php/jurnalpuitika/article/view/106/91.
Sunliensyar, Hafiful Hadi. 2018. “Idu Tawa Lam Jampi: Mantra-mantra dalam Naskah Surat Incung Kerinci.” Manuskripta 8(1): 31–35.
———. 2020. “Empat Naskah Surat Incung pada Tanduk Kerbau dari Mendapo Rawang, Kerinci: Suntingan Teks dan Terjemahan.” Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara 11(2): 79–96.
Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Voorhoeve, Petrus et al. 1941. Tambo Kerintji: Disalin dari Toelisan Djawa Koeno, Toelisan Rentjong, dan Toelisan Melayoe jang Terdapat pada Tandoek Kerbaoe, Daoen Lontar, Boeloeh dan Kertas, dan Koelit Kajoe Poesaka Simpanan Orang Kerintji.
———. 1970. “Kerintji Documents.” Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 126: 369–99.

Most read articles by the same author(s)

Obs.: This plugin requires at least one statistics/report plugin to be enabled. If your statistics plugins provide more than one metric then please also select a main metric on the admin's site settings page and/or on the journal manager's settings pages.