Pola Rima Syiiran dalam Naskah di Tatar Sunda dan Hubungannya dengan Pola Rima Syair Arab
Main Article Content
Abstract
Syiiran merupakan sebuah tradisi yang tidak asing lagi di dunia pesantren, khususnya yang terdapat di Tatar Sunda. Selain dipergunakan untuk menyampaikan buah pikiran yang umumnya berupa ajakan, syiiran digunakan pula sebagai media untuk menyampaikan ajaran agama Islam, khususnya kepada para santri dan umumnya kepada masyarakat di sekitar pesantren. Penggunaan syiiran sebagai media pendidikan dipandang sangat efektif karena lebih mudah diingat dan tidak membebani santri (masyarakat) dengan situasi dan pola formal sebagaimana proses pembelajaran pada umumnya. Karena seringnya dinyanyikan atau diperdengarkan, syiiran dengan sendirinya dapat dihafalkan di luar kepala tanpa keterpaksaan. Hal ini tentu membawa dampak bagi proses pendidikan di sekitar pesantren. Melalui syiiran, diharapkan para santri serta masyarakat umum tergugah kesadarannya dan memiliki keinginan untuk mengikuti nasehat serta ajaran agama yang disenandungkan melalui syiiran tersebut.
Demikian mengakarnya tradisi syiiran yang telah berlangsung sejak lama di Tatar Sunda, selain saat ini masih dapat dinikmati melalui pengeras suara di pengajian-pengajian juga dapat dibuktikan dengan adanya catatan-catatan syiir yang terdapat pada naskah klasik. Hal yang paling mudah diketahui dari syiiran pada naskah adalah adanya pengulangan bunyi akhir yang membentuk musikalitas atau orkestrasi sehingga membuat syiiran menjadi merdu jika dibaca. Adanya kebiasaan melantunkan syair-syair Arab, baik melalui tradisi pembacaan Barzanji, Shalawat, atau kutipan-kutipan syair pada Kitab Kuning sedikit banyak, baik disadari ataupun tidak, mempengaruhi pola rima syiiran yang digubah oleh masyarakat lokal. Hal ini memunculkan sejumlah kesesuaian pola rima antara syiiran dan syair Arab.
Pola rima syiiran dalam naskah Sunda dan hubungannya dengan pola rima syair Arab yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat membantu proses edisi teks dalam penelitian filologi, khususnya untuk teks yang berbentuk syiiran.