Penafsiran Sufistik-Kejawen atas Surah Al-Fatihah: Studi Analisis atas Manuskrip Kiai Mustojo
Main Article Content
Abstract
Abstract: Some interpreters in Java tend to use the mystical style of tasawwuf-kejawen to interpretate the Quran. One of the interpreters is Kiai Mustojo, Campurejo, Sambit, Ponorogo. This article presents the theory of tasawwuf and sufi interpretation, the manungguling kawula-Gusti concept, Kiai Mustojo manuscript identification, and the analysis of manunggaling kawula-Gusti concept in the Kiai Mustojo’s interpretation on al-Fatiha. This interpretation is once of historical evidence that there is an intense contact between Islamic teaching and Javanese mysticism in the inland of Java and it’s as legitimation of his mystical-Kejawen teachings. His interpretation will always reveal the meaning behind the literal meaning of a word in al-Fatiha. Even though, it has a meaning more than connotative meaning, it doesn’t mean the denotative meaning that exist in the Quran is not so important. It causes the connotative meaning becomes a gateway for the entrance to understand of other meanings.
---
Abstrak: Beberapa mufassir di Jawa cenderung menggunakan corak tasawuf mistik kejawen dalam menafsiri Alquran. Salah satu penafsir yang menggunakan sufistik-kejawen dalam melakukan pembacaan atas Alquran adalah Kiai Mustojo, Campurejo, Sambit, Ponorogo. Artikel ini menampilkan teori tasawwuf dan penafsiran sufi, konsep manunggaling kawula-Gusti, identifikasi naskah Manuskrip Kiai Mustojo dan analisa konsep manunggaling kawula-Gusti dalam penafsiran Kiai Mustojo atas surah al-Fatihah. Penafsiran Kiai Mustojo ini menjadi salah satu bukti historis bahwa adanya hubungan yang begitu intens antara ajaran Islam dan ajaran mistik Jawa di Pedalaman Jawa serta merupakan legitimasi akan ajaran-ajaran mistik Kejawennya. Penafsirannya akan selalu mengungkap makna di balik makna literal sebuah kata dalam al-Fatihah. Meski memiliki makna yang lebih dari makna konotatif, bukan berarti makna denotatif yang ada dalam Alquran tidak begitu penting. Sebab makna literal dari sebuah kata yang ada dalam Alquran menjadi pintu gerbang bagi masuknya pemahaman terhadap makna lain.
Article Details
References
Ahimsa, Heddy Shri. 2012. “The Living Alquran: Beberapa Perspektif Antropologi,” dalam Jurnal Walisongo, 20 (1), pp. 235-260.
Al-Dhahabiy. 2010. al-Tafsīr wa al-Mufassirūn. Juz 2. Kuwait: Dār al-Nawādir.
‘Arabi, Ibn. 1999. Futūḥāt al-Makiyya. Juz 3. Beirut: Dar al-Kutub al-Islāmiyya, 1999.
Al-Taftāzāniy. 1979. Madkhal ilā al-Taṣawwuf al-Islāmiy. Kairo: Dār al-Thaqāfa li al-Nashr wa al-Tauzī’.
Al-Ṭabariy. 1994. Tafsīr al-Ṭabariy. Beirut: Muassasa al-Risāla.
Atabik, Ahmad. 2014. “Perkembangan Tafsir Modern Di Indonesia”, dalam Hermeunetik 8 (2), pp. 305-324.
Baedhowi. Anthropologi Alquran. Yogyakarta: LKiS, 2009.
Ghozali, Mahbub. 2020. “Pandangan Dunia Jawa dalam Tafsir Indonesia: Menusantarakan Penafsiran Klasik dalam Tafsir Berbahasa Jawa” dalam Jurnal Islam Nusantara 4 (1), pp. 43-57.
Gusmian, Islah. 2010. “Bahasa dan Aksara Tafsir Alquran di Indonesia: Dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca” dalam Jurnal Tsaqafah, 6 (1), pp. 1-26.
Gusmian, Islah. 2012. “Karakteristik Naskah Terjemahan Alquran Pegon Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta” dalam Ṣuḥuf 5 (1), pp. 51-75.
Gusmian, Islah. 2014. “Tafsir Alquran Bahasa Jawa, Peneguhan Identitas, Ideologi, dan Politik”, dalam Ṣuḥuf 9 (1) pp. 141—168.
Gusmian, Islah. 2015. “Tafsir Alquran di Indonesia: Sejarah dan Dinamika,” dalam NUN Jurnal Studi Alquran di Nusantara, 1 (1), pp. 1-32.
Iskandar. 2015 “Penafsiran Sufistik Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Tāj Al-Muslimīn dan Tafsir Al-Iklīl Karya KH Misbah Musthofa”, dalam FENOMENA, 7 (2), pp. 189-200.
Khaldun, Ibnu. 2004. Muqaddimat Ibn Khaldun. Juz 2. Damaskus: Maktabah al-Hidāya.
Kraemer, Hendrik. 1921. Een Javaansche Primbon uit Zestiende Eeuw. Leiden: F.W.W Trap.
Mulkhan, Abdul Munir. 2007. Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Pratama, Aunillah Reza. 2012. “Ideologi Puritan dalam Tafsir Jawa Pesisir: Kajian terhadap Penafsiran Misbah Mustofa”, dalam Mutawatir 9 (2) pp. 214-236.
Ronggawarsita, R. Ng. 1916. Serat Wirid Hidayad Jati. Surakarta: Albert Rusche & Co.
Schimmel, Annemarie. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam, terj. Sapardi Djoko Darmono. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Septiawadi. 2014. "Tafsir Sufistik Sa’id Al Hawa" dalam Al-Asas Fi Al-Tafsir. Jakarta: Lectura Press.
Serat Tjentini, jld. I. 1912. Batavia: Batavia Genoostchap van Kunsten en Wetenschappen.
Sholikhin, Muhammad. 2014. Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti Jenar. Yogyakarta: Narasi.
Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi terhadap Serat Wirid Hidayat Jati. Jakarta: UI-Press.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers.
Supriyanto. 2018. “Harmoni Islam dan Budaya Jawa dalam Tafsir Kitab Suci Alquran Basa Jawi” dalam Wawasan 3 (1), pp. 17-32.
Surur, Bunyamin. tt. “Naskah Kuno yang Bernafaskan Islam di Propinsi D.I. Yogyakarta,” dalam Musdah Mulia, Katalog Naskah Kuno yang Bernafaskan di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Depag RI.
Sutarti. 1981. Suluk Seh Siti Jenar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wulandari, Suci. 2018. “Gender dalam Tafsir Jawa: Studi atas Tafsir Al-Huda Karya Bakri Syahid” dalam Qof 2 (1), pp. 76-93.
Zoetmulder, P.J. 1935. Pantheïsme en Monisme in de Javaansche Soeloek-Litteratuur.
Manuskrip dan Website
Manuskrip Kiai Mustojo
http://info-peternakan.blogspot.co.id/2012/09/defenisi-dan-fungsi-sistem-sirkulasi.html